Mappande Sasi’ merupakan bahasa mandar yang
terdiri dari 2 kata yakni “mappande” dan “sasi’. Apabila diterjemakan dalam
bahasa Indonesia, maka secara berturut-turut 2 kata tersebut berarti “member
makan” dan “laut”. Secara istilah, Mappande Sasi’ dapat diartikan sebagai
“memberi makan pada penghuni laut (mistis)”.
Mappande Sasi’ merupakan salah satu adat mandar
yang sudah beberapa kali ditegaskan oleh beberapa tokoh agama di Desa Lero sebagai
kegiatan musyrik. Hal tersebut diungkapkan dengan beberapa dasar yang salah
satunya adalah kegiatan menghanyutkan sesajen yang dilakukan pada malam sebelum
hari pemberangkatan merupakan kegiatan yang mengisyaratkan kepercayaan akan adanya
penghuni laut yang berhak mengatur rezeki para nelayan. Padahal dalam Al-Quran
telah ditegaskan dalam Surah Al-Ikhlas bahwa Allah merupakan Tuhan Yang Esa dan
merupakan tempat bergantung umat manusia, sehingga jika salah satu kegiatan
Mappande Sasi’ tetap melaksanakan penghanyutan sesajen, maka kegiatan tersebut
tetap akan digolongkan sebagai salah satu kegiatan musyrik.
Kemajuan umat Islam di Desa Lero memperlihatkan
kemajuan dari segi pemahaman musyrik, sebab kegiatan Mappande Sasi’ saat ini
sudah tidak dilaksanakan lagi di beberapa daerah di Desa Lero seperti di
Labuang, Bara’ dan sekitarnya. Sejak fatwa musyrik yang dilontarkankan oleh
tokoh agama di Desa Lero, sejak itu pula di bagian tertentu di Desa Lero ini
sudah menghentikan kegiatan Mappande Sasi’.
Ironis memang, meski penduduk Desa Lero 100%
beragama Islam tetapi kegiatan yang sudah bertahun-tahun dikatakan musyrik ini
tetap saja dilaksanakan oleh beberapa orang. Menurut pengakuan oleh beberapa
orang yang masih melaksanakannya, kegiatan Mappande Sasi’ merupakan kegiatan
syukuran atas rezeki dari laut yang tetap ada. Selain itu pelaksanaan kegiatan
ini juga atas alasan kemeriahan. Beberapa orang mengaku senang mengikuti acara
ini terutama acara pemberangkatan kapalnya sebab pada saat pemberangkatan
kapal, semua kapal yang telah dihias dipenuhi oleh orang-orang dengan
persediaan makanan yang boleh dibilang tidak terbatas (saking banyaknya).
Bila kegiatan Mappande Sasi’ ini diceritakan
mulai dari awal hingga akhir maka secara sederhana kegiatannya terdiri atas
menghias kapal atau perahu yang dilakukan pada hari sebelum hari
pemberangkatan, penyediaan bekal makanan yang biasanya dilakukan bersamaan
dengan penghiasan kapal, kemudian kegiatan penghanyutan sesajen dilakukan pada
malam sebelum pemberangkatan kapal, pemantapan bekal dan hal-hal yang
menyangkut persiapan kapal yang dilakukan sebelum jam 8 pagi, kesediaan peserta
di atas kapal yang dilakukan pada jam 8 pagi, selanjutnya acara pemberangkatan
kapal yang dilakukan pada jam 9.00 pagi dan terakhir adalah berlabuhnya kapal
di dermaga.